W A T C H

the short time

Selasa, 26 Juli 2011

Beberapa waktu lalu, gue asik mantengin Timeline di twitter. Hampir setiap hari gue enggak bisa lepas dari twitter. Cuma dari twitter, gue bisa lihat kebebasan. Semua bebas blak-blakan mengungkapkan apa yang mereka rasain tanpa harus menutup-nutupi. Semua lebih terlihat demokrasi, semua berkicau. Bahkan masalah besar pun bisa jadi tontonan menarik di timeline. Semua bisa tau masalah si A hingga si Z. Bahkan gue bisa sadar, lewat 140 karakter kita bisa tau karakter manusia yang sesungguhnya. Dibeberapa sudut timeline, malam itu gue liat salah satu update si @poconggg. Kebetulan doi emang hantu lajang yang punya harga diri rendah dan cukup fenomenal di twitter belakangan ini. Dia abis bikin buku, Poconggg juga pocong namanya. Malem itu dia ngetwit salah satu petikan kalimat dari bukunya: 

"Sedekat apapun teman, ketika sudah berpisah sekolah.. Suatu saat akan saling melupakan satu sama lain. itulah dinamika pertemanan."

*JLEB* momentnya pas, dikasih gula dikit langsung kerasa momentnya. Waktu itu-kalo-enggak-salah tepat beberapa hari setelah pisah kelas, yang udah pasti perkuliahan di semester dua selesai. Dilanjut libur hampir dua bulan lebih kemudian masuk lagi di semester baru. Jadi, cerita ini adalah cerita flashback gue-sama temen-temen kelasan gue di tingkat satu. Karena, ditingkat inilah gue nemuin hal-hal baru ketika gue ngerasa udah jadi pribadi yang "dewasa". Ditingkat ini juga gue nemuin segala hal yang "tulus" dari pertemanan, kepolosan dalam arti lain sebagai sesuatu yang bener-bener bukan fake tapi emang begitu adanya. Mengalir, beradaptasi satu sama lain. Mengenal, mendalami materi baru, bertarung melawan setiap bagian ujian dan mengenal apa-itu-mahasiswa dan bagaimana kita semua menjalani hidup-sebagai-mahasiswa. Awalnya gue engga pernah sedikitpun kepikiran untuk masuk Gunadarma. Sugesti gue selalu mengarah ke UI-Komunikasi. Tapi singkatnya, semesta sudah mengatur ini semua. Gue harus masuk kedalam ruang lingkup dunia IT yang sedikitpun enggak pernah kepikiran di otak gue sebelumnya. Kesan pertama masuk kuliah canggung, pastinya. Gue paling sulit beradaptasi sama dunia yang bener-bener baru. Yang gue tau pagi itu, gue mahasiswa baru di kelas 1IA03. Kelas pertama ada di ruang G127. Iya, gue masih inget hari itu. Semua masih saling jaim, tapi gue masih bisa liat beberapa kesempatan ada yang maksa buat saling mengenal satu sama lain. Mungkin karena waktu itu ada rasa bangga menyandang gelar "mahasiswa baru" sampe hal kenalan-satu-sama-lain pun dibuat kritis. Gue duduk dibagian kiri baris kedua dari belakang. Mojok. Persis anak autis. Yang gue tau dikelas itu, ada dua orang temen jaman SMP gue, Arif & Firman. Selebihnya persis segerombolan anak STM yang pindah kelas. Iya, kesan pertama gue kelas ini kayak STM, ceweknya sekitar 9 orang, sisanya batangan semua. Gue diem, liatin jendela disamping. Pandangan gue kearah parkiran motor kampus G. Ketutup beberapa ranting pohon palm yang emang sengaja ditanem dibeberapa sudut kampus G. Panas! Kelas ini panas banget. Ada dua AC tapi cuma jadi pajangan tolol. Konyolnya ada kabel yang sengaja ngegantung tapi enggak ada aliran listrik yang masuk. Gue senewen, persis Ki Joko Bodo kalo lagi sakit migran. Gue sempet keluar kelas, koridor keliatan rame, bener-bener rame. Mungkin mau pada tebar pesona. Makin lama kelas makin rame. Kepala Botak makin banyak. Disini, mahasiswa baru harus dibotakin. Beberapa menit setelah itu ada dua cewek jilbab masuk berbarengan, yang sekarang gue tau itu Cae sama Mbae (Nur). Sejam lewat. Nunggu. Ruangan panas. Ditambah euforia perkenalan baru yang kerasa kaku. Jam 08:15 wib, wanita tua berkerudung kuning masuk membawa map berwarna kuning. Mata kuliah pertama dimulai, ada rasa histeris dari gue sendiri. Dari situlah, dari kelas ini, dari jam itu, semua kisah ini dimulai...

                                
                                                     Ruang G127

Pagi itu dibuka dengan mata kuliah KWN. Mata kuliah perdana kami sebagai mahasiswa. Wanita paruh baya yang memiliki kesan pertama sebagai wanita "keibuan" yang mampu membimbing kami-mahasiswa-polos selama 6 bulan kedepan. Tapi semua itu kamuflase antonim. Dia penguasa, kami TKI. Dia Putri Salju, kami 7 kurcaci. Ibu itu adalah.. emm, sebut saja Mawar. Pagi itu tidak ada materi, hanya perkenalan kecil satu sama lain. Satu kalimat yang terus gue inget pagi itu, dia bilang "tak kenal maka tak sayang" untunglah kita enggak saling sayang. Perkenalan dimulai dari deret terdepan, grup cewek-cewek 1IA03. Wanita putih berkacamata, dari tempat duduk, gue cuma bisa liat secuil pupil matanya yang hitam (baca: sipit akut). Debby. Namanya Debby. Dia orang pertama yang membuka perkenalan. Dilanjut ke sampingnya, terus kesampingnya dan terus bergulir. Ditengah perkenal, dua orang siswa masuk. Satu cowok berbadan gempal dengan rambut persis wig gagal produksi, satu lagi cewek berhidung prosotan water boom (baca: mancung akut) wajah arab. Tomboy. Jihan, dia Jihan. Yang sekarang jadi sahabat gue, adik gue. Perkenalan terus bergulir, gue-masih-diem-kayak-anak-autis-nahan-boker. Sesekali gue denger alesan demi alesan anak-anak masuk IT. Yang gue tangkep ada yang mau jadi hacker, programming, web disain, tukang kredit panci. *abaikan*
Sampe akhirnya perkenalan itu tiba di gue. Gue, diem. Berdiri, gue mulai ngomong. Semua ngeliat ke satu sudut, gue. Termasuk ibu Mawar. Gue mulai memperkenalkan diri.

"Saya Yundai. Dari SMA Tugu Ibu, Depok. Cita-cita saya.. emm, saya.. mau bergabung menjadi bagian dari crew Trans Tv."

Tegas gue dibagian kata Trans Tv. Beberapa tepuk tangan, beberapa nyeletuk kata "weeettseehh", beberapa diem. Gue gak tau diem kenapa. Apa karena nahan boker atau mandang dengan masang tatapan 'sumpeh-lo' nya ke gue. Semua terus memberikan perkenalan mereka. Sampe dideret terakhir, Jihan. Satu-satunya yang random abis jawab cita-citanya.

"Saya Jihan, cita-cita... mau jadi dokter anak." 

*hening*
*masih hening*

                 Pojok kiri kelas. Tempat duduk pertama gue, Ibnu, Jihan, Windu, Tito


Singkatnya lagi, gue duduk dibagian belakang. Diantara orang-orang  yang sekarang jadi sahabat gue. Gue baru sadar, gue sederet sama Ibnu. Darah Flores yang nyasar ke Depok membawa dua harta paling berharga dalam hidupnya, contact lense dan rambut ikalnya. Seiring berjalannya waktu, gue dan yang lain sadar, kalo rambutnya yang ikal bisa menimbun kekayaan. Ralat, maksud gue ngumpetin benda-benda klenik. Ajaib, bener-bener ajaib. Paling susah kalo diajak kongkow. Terakhir diajakin nonton Band Gigi di kampus D, dia cuma jawab "Gueh sih gak bakalan dateng. Gueh dateng kalo yang perform Mulan Jameela." Dia anak Republik Cinta. Atau mungkin anak alay dahsyat yang tiap on air pake topeng power ranger buat nutupin mukanya. Tapi gak mungkin. Ibnu terlalu gaul buat jadi alay, nanti jadinya alay gaul. Dia nongkrong di sevel, gue ngamen di stasiun. Dia makan eskrim magnum, gue ngemut kue putu. Kesenjangan sosial, drastis abis. Kalo balik kampus, gue selalu kearah yang sama. Gue ke tanah baru, dia ke Gandul. Numpang idup di rumah ceweknya, eh atau mungkin jadi tukang cuci baju gue juga enggak tau. Kalo balik, gue sama si Ibnu pasti lewat UI. Gue selalu jailin anak-anak UI bareng dia. contohnya gue suka teriakin orang-orang disekitaran UI belaga sok kenal. Gak ngerti juga biar dikata anak UI atau apa, benang merahnya sih kita sarap. Gue inget ada satu cewek gempal duduk di Halte UI, terus si Ibnu dengan PD akutnya benerin jambul serepet jebretnya, sambil buka kaca helm "Heeeeii... akooh duluwan yuaa!" terakhir gue liat si cewek gempal kejang-kejang. Lain lagi Windu. Bongsor abis. Gue kalo ngobrol harus ngedangak dulu baru bisa ngobrol. Mau nyari meja buat naik kelamaan, yaudah gue jingjit. Kalo dia jalan bumi bergetar, angin ribut disana sini, petir datang *ini cuma bayangan gue tentang sinema laga indosiar* Windu duduk persis di belakang gue. Gue pikir tadinya senior yang ngulang kelas, ternyata satu angkatan. Windu sohib gue yang berotak encer. Enggak seencer ingus gue juga kalo lagi pilek. Kasarnya, merem pun bisa jalan sambil koprol. Dia juga salah satu sahabat gue di bangku kuliah. Sampe sekarang suka manggil "brah". Bukan bra. Kata sapaan seorang sahabat yang bakalan selalu gue inget sampe kapan pun.
Jihan, sahabat gue. Sama seperti Ibnu dan Windu. Mungkin Jihan hadir untuk menjadi pelengkap tulang rusuknya Windu. Bukan! Windu gak punya kelainan tulang rusuk. Maksud gue, Jihan adalah orang yang semesta pilih untuk bertemu dengan Windu di abad 21. Seseorang yang telah terseleksi oleh alam untuk melengkapi hidupnya Windu, menjadi bagian yang diikat oleh sebuah perasaan, yang kita tau itu sebagai cinta. Mereka cukup lama berpacaran. Iya, gue punya sahabat sepasang kekasih. Mau dari pihak cewek atau cowok, keduanya sahabat gue. Sahabat terbaik gue. Sahabat yang udah gue anggep kayak sodara sendiri. Jihan tipikal cewek tomboy, enggak sepenuhnya tomboy. Coba aja lo ambil kucing, terus lo lempar ke Jihan. 5 menit kemudian lo masuk ruang UGD. Jihan takut kucing, ampun-ampunan. Windu suka kucing. Bertolak belakang abis. Tapi mereka serasi. Gue juga gak tau liat dari sisi mana, tapi mereka serasi. Ada sesuatu yang mereka punya, yang pasangan lain gak punya. Sesuatu yang spesial. Lebih dari martabak spesial. Gue juga kenal sama keluarganya Jihan. Gue ada sedikit darah arab, Jihan penuh. Gue sama temen-temen yang lain punya tempat favorit kalo main ke Ciangsana, rumah Jihan. Ada satu kali besar dimana lo bebas berenang sesuka hati. Bergaya duyung juga gapapa, terserah. Dari situ langsung cabut ke tukang roti bakar deket rumah Jihan. Sore hari, ditemenin teh hangat, moment yang gak akan pernah gue lupain bareng mereka semua.
Obrolan pertama kami, diakhir mata kuliah PTKI. Hari itu, Pak Priyo membagi kelompok untuk mata kuliahnya. Dari situlah, gue mulai bersahabat dengan mereka. Persis di depan pintu G127, dilorong lantai itu. Persahabatan kami dimulai.


                                                         koridor

 Satu persatu anak keluar dari ruang itu. Ini jamnya istirahat. Gue dan mereka, sahabat-sahabat baru gue itu diam, canggung satu sama lain tepat di depan pintu G127. Tito, yang memulai pembicaraan. Dan gue masih ingat betul apa yang dia bilang..

Tito  : "Eh kita satu kelompok nih, kenalan dulu dong!"

Gue sama yang lainnya saling mengenalkan diri, kecuali Jihan. Jihan sama Tito udah saling mengenal, mereka satu SMA. Disitu juga ada Ibnu, yang masih canggung diam. Sekedar memberikan senyum. Windu, dengan idenya. Dia ngasih usul waktu itu.

Windu  : "Ke rumah gue aja, masuknya masih lama kan? jam 
                   setengah dua. Sekalian kita cari materi buat  
                   kelompok Pak Priyo." 

Suasana mulai cair, semua mengiakan. Kita semua pergi ke rumah Windu. Disitu semua mulai akrab satu sama lain. Kemudian berlanjut, dan berlanjut hingga kami menjadi sahabat seperti saat ini, hingga detik ini. Kami lebih menganggap seperti sodara satu sama lain. Gue selalu ingat, kemana gue sama mereka harus pergi setiap istirahat tiba. Kemana kami harus mencari tempat makan nyaman, tempat dimana semua cerita persahabatan kami terjalanin satu sama lain. Warteg Hikmah 1. Letaknya gak jauh dari kampus. Hampir setiap hari gue sama mereka makan disana. Gue, inget. Gue selalu pilih menu yang sama, sampe hari terakhir kemarin setelah uts. Bahkan, Mbae (panggilan kami sama mba wartegnya). Mbae selalu inget muka gue sama yang lain. Gue yakin. Bahkan waktu Jihan gak ikut makan disatu hari, waktu dia sakit di rawat. Mbae nyariin Jihan. Hahaha apa mungkin gue, mereka, dan Mbae ada ikatan batin? 
Mbae selalu bilang "Bismillah" kalo mau ngasih makanan yang udah kita pesan. Kalo mau bayar, gue sama yang lain selalu teriak "Mbaaeeee.. berhitung!"

                                                   warteg hikmah 1

Gue bakal kangen sama moment-moment sederhana kayak gitu. Mungkin tiga-lima tahun lagi warteg Mbae udah pake teknologi canggih, gak sesederhana kayak foto diatas :D
Biasanya, kalo gue sama yang lain abis makan disini, kita langsung tidur-tiduran atau sekedar ngobrol di teras masjid depan warteg Mbae. Masjidnya lumayan besar, teduh buat tidur. Sambil nunggu adzan Dzuhur, gue sama mereka ngobrol segala macem. Dari mulai hal sepele sampe masalah materi kuliah, kuis, dan lain-lain. Kadang kalo udah pada tidur, ada yang terpaksa bangun duluan buat sekedar bangunin, soalnya udah adzan. Ganti-gantian sih, kadang Ibnu, kadang Windu. "Wooooii.. bangun udah adzan, cepetan wudhu". Hal-hal kayak gitu yang bikin kangen jaman-jaman kuliah tingkat 1 bareng mereka, rangers. Kadang, Jihan sama Ibnu asik main game dari hp Ibnu. namanya game pinguin. Gambarnya pinguin bogel. Gak jelas, sejenis petualangan. Gue gak minat. Gue lebih sering bengong, sadar-sadar ketiduran. Kadang juga suka main game dari hp Windu, bowling. Mainnya, itu handphone harus digerakin dulu pake tangan, di shake. Baru deh bolanya jalan, sampe dapet strike. Kadang kita suka pada heboh sendiri mainnya. Kayak anak idiot yang terdampar diemperan masjid. 

                                            teras masjid yang gue maksud

disitu.. ditempat itu, gue sama mereka banyak ngobrol, ngebanyol, nyeletuk cerita-cerita tolol masing-masing. Banyak hal yang lain yang sering terjadi sama anak-anak 1IA03. Keberuntungan lainnya, dimana gue bisa mengenal Putri, Alfi, Pras, Dita, Oby, Debby, Nicky. Mereka, juga sama. Sering ikut ngumpul bareng. Karokean, makan stik moen-moen, ngalay ke kebun binatang bareng anak 1IA03 lainnya. Seperti moment dimana gue sama Alfi harus kedinginan sepulang dari Cibodas. Sepanjang perjalanan yang enggak akan pernah gue lupain. Kabut nutupin semua bahu jalan, kita semua konvoi motor. Kalo Rhoma Irama bilang "Masa muda masa yang berapi-api" Iya banget! Kali ini gue mau setuju sama dangdut. Sedikit. Kita enggak akan pernah tau apa yang terjadi dikedepannya. Gue cuma berharap, masih ada komunikasi satu sama lain. Layaknya sahabat, sodara yang saling membantu satu sama lain. Gue, juga akan berusaha ngebantu disaat mereka emang butuh bantuan. Perjalanan panjang hidup manusia emang enggak akan pernah berenti sampe disini. Tapi mereka, udah jadi bagian dari rencana Tuhan. Mereka menjadi pelengkap dari potongan kisah yang ada, kisah yang udah pernah terjadi dan akan terus berlanjut kedepan. Mereka teman, sahabat, dan sodara terbaik yang semesta atur untuk dipertemukan satu sama lain. Dari awal yang tidak saling mengenal, jadi saling mengenal. Menciptakan cerita baru bersama mereka. Mereka.. adalah orang-orang yang hebat.

 

sama seperti kelas ini.. kelas yang dulu ramai dengan suara mereka, sekarang sepi. Bahkan waktu kemarin gue sengaja dateng masuk ke ruang G127 ini, bangku-bangku udah disusun kayak gambar diatas. Untuk persiapan menyambut mahasiswa baru. Kelas, dimana setahun yang lalu gue dan mereka bertemu, sekarang udah kosong. Kita semua saling berpencar satu sama lain, melanjutkan apa yang seharusnya diperjuangkan. Semoga, dengan semua cerita yang udah dibawa satu sama lain, pertemanan ini akan terus berlanjut hingga nanti. Terimakasih sudah hadir selama satu tahun yang panjang dan penuh kejutan. Terimakasih sudah menjadi bagian dalam sejarah pertemanan yang cukup baik. Kelak, ketika satu sama lain sudah sukses. Jangan pernah lupakan kebersamaan yang dulu pernah terjalin disini. Di tempat ini, dan pada jalur kisah yang sudah terekam oleh memori persahabatan. Kalian adalah sahabat-sahabat terbaik yang gue temuin di bangku kuliah.

 - IIA03 -

 



Singkat aja. Hari ini banyak banget kejutan. Bukan kejutan semacem gue keluar rumah tiba-tiba ada crew tv yang dateng ngasih selamat sambil bawa terompet, kembang api. Bukan! Tapi beberapa temen kelasan gue ngasih info yang cukup bikin gue mules. Rasanya kayak lo mau buang air tapi tinjanya ngeyel gak mau keluar. Liburan gue jadi orang yang super sampah. Tidur kelewat pagi, begadang di depan notebook bareng si Merah, buka twitter, facebook, ngerombak tampilan blog. Mata gue udah kayak orang sakaw. Bangun kelewat siang, sarapan itu siang. Iya siang! Jadi sarapan bisa dibilang sekalian makan siang. Sadar-sadar gue bisa sambil nonton tv. Tapi yang diliat cuma tayangan Fenni Rose gentayangan jualin apartement. Sisanya acara gosip sampah murahan, atau enggak cuplikan acara musik (yang lebih sampah) dengan gayanya yang "lalalala yeyeye lalala yeyeye" itu. Liburan badan gue tinggal tulang sama kentut. Balik lagi ke topik tadi, siang hari ini Windu sama Alfi, temen deket gue di kuliah ngasih kabar.


"Hasil Ujian Utama udah keluar di Studentsite"
"IPK Ujian Utama udah bisa dilihat"


Mules abis. Perut gue kentang rasanya, mau makan jadi enggak nafsu, pengen kentut enggak keluar (yang gue inget terakhir kentutnya keluar dari mulut). Belom lagi sohib gue satunya lagi, Ibnu. Sms nanyain masalah hasil IPK ke gue.


"Yundai.. Putri.. IPK Kalian berdua berapa??"


Putri? Putri siapa? Putri temen sekelas gue juga. Calon pacar gue, kalo kesampean. Eh mudah-mudahan orangnya gak baca blog ini ya. Bisa-bisa dia ayan seharian kalo tau gue nulis kayak gitu tentang dia hahaha. Iya dari situ gue belom mau buka Studentsite (Situs Gunadarma untuk ngeliat hasil nilai, jadwal kuliah, dll). Hari ini juga di rumah lagi rame banyak orang. Banyak anak kecil juga. Bukan! Gue bukan tinggal di panti asuhan. Santai dulu sebelom gue siap buka hasil IPK di internet. Gue makan mie ayam Mas Sarmin (bukan Sarimin). Dia tukang bakso dan mie ayam yang paling eksis di wilayah rumah gue. Ya dari jaman gue sebelom diniatin jadi anak lah. Selesai makan mie ayam, perut gue enggak karuan lagi. Masih inget kalo gue harus buka hasil IPK di internet. Gue sok santai gitu padahal hari gue berontak abis. Bukan berontak dalam sempak ya! Udah lah nekat. Langsung ambil notebook tanpa kompromi, terus nyolokin modem ke notebook gue. Langsung buka studentsite. Gue pasrah. Apapun hasilnya gue terima. Kalo jelek gue terima. Eh, enggak ding gue enggak terima. Ya terimah deh dikit. Tapi bodoamat lah gue mau hasil yang terbaik. Gue udah berusaha semampu gue waktu ngejelanin ujian utama sebulan yang lalu. Apapun hasilnya, ujung-ujungnya gue tetep pasrah.
Langsung aja, disingkat. Sebelum buka hasilnya, gue udah sugesti buruk dulu. Mikir yang terburuk. Maksudnya, kalo pun hasilnya jelek gue terima dan enggak perlu shock. Kalo pun bagus gue jadi seneng. Jadi intinya kalo lo dapetin sesuatu dengan sugesti "Ah gue sih yakin pasti hasilnya bagus!" lo mungkin akan shock kalo ternyata hasilnya buruk. Jadi jangan ngerasa sombong dulu sebelom lo tau hasil akhirnya kayak apa. Dan, untungnya modem gue lagi gak koneksi siput. Lancar. Begitu gue liat hasilnya... JRENG JRENG!!! 

*JLEB*
*hening*
*bingung*
*muka datar*
*garuk selangkangan*
*WOOOOW*


Gila gue enggak nyangka dapet IPK Ujian Utama 3.00 dengan nilai B disemua maka kuliah ujian utama. Gue langsung mimisan dan demam tiga hari. Enggak ding becanda. Saat itu juga gue langsung manggil nyokap sama bokap. Yaudah seperti yang lo bayangin. Kita bertiga langsung lari-lari di rerumputan dengan efek slowmotion, dan joget-joget india. Intinya, hasil akhir dari IPK Ujian Utamanya cukup memuaskan. Dan gue cukup bersyukur. Paling enggak, usaha gue gak sia-sia. Karena gue yakin pada awalnya, kalo nanti diakhir hasilnya baik, itu karena gue udah melakukan yang terbaik saat itu. Gue bangga, meskipun hasil dari IPK total naiknya gak terlalu signifikan, tapi naiknya IPK gue ini adalah hasil dari usaha yang gue lakukan sendiri. Mati-matian dengan upaya maksimal. Jadi guys, tetap lakukan yang terbaik. Lakukan sendiri dulu meskipun kalian ragu. Percaya sama diri sendiri kalo kalian mampu melakukan yang terbaik. Baik atau buruknya hasil akhir nanti kan kita belom tau kayak apa. Yang penting kalian udah usaha maksimal sendiri. Dan, mikirin kemungkinan terburuk dulu. Biar kalo hasilnya buruk, kalian enggak kaget. Paling enggak bisa terima. Dan jangan simpen sikap sombong atau angkuh karena kalian merasa kalian bisa dan mampu mengusai materi yang ada. Tetap rendah hati rekans! Okelah gitu aja. Gue mau makan, laper. Kan tapi gue bilang ceritanya singkat aja. Sekian.

DISSAPEAR, FROM THE BLOG WORLD

Senin, 25 Juli 2011

          Sempet vakum lama gak ngurusin blog. terakhir cuma sekedar posting tugas untuk dipost ke bagian mata kuliah soft skill yang emang udah wajib bagi mahasiswa di kampus gue. Minimal 8 postingan selama satu semester. postingannya juga sekedar gitu-gitu aja, seputar masalah dunia IT. contohnya kayak sepuluh langkah mengatasi komputer yang nge-hank, mengubah wabcam jadi video CCTV, 6 anti virus terbaru dan lain-lain. Bisa dibilang terlalu hambar, udah gak semenarik waktu jaman-jaman SMA yang kalo abis ngalamin kejadian TOLOL pasti langsung dipost di blog ini. ada semacem pergeseran postingan dari yang dulu dominan cerita banyolan SMA, sekarang lebih serius ke masalah postingan seputar materi perkuliahan. Jadi jangan heran kalo ada beberapa postingan sebelumnya yang seperti yang gue maksud tadi. Well, sekarang semua kegiatan udah terlalu padet kayak lepet, lebih padet dari isi gerbong kereta ekonomi tiap sore. Lebih asem dari ketek penumpang KRL Ekonomi setiap jam balik kerja. Kegiatan gue semenjak masuk kuliah monoton. Pacar menurut gue-satu-satunya-saat-ini ya cuma notebook bogel punya gue. Si Merah namanya. Kadang suka minder kalo bawa si Merah ke kampus. Bukan! Bukan karena dia notebook yang punya cacat fisik atau keterbelakangan mental. Emang niat awal gak pernah kepikiran buat masuk jurusan IT, jadi waktu pertama beli notebook ini ya asal aja beli. Naksir sama warnanya yang-udah-pasti-merah dan bentuknya yang gak terlalu babon kayak laptop. Jadi, gue mutusin buat meminang notebook ini dengan bismillah.
Sebulan dua bulan masih fine aja. Liat kanan kiri, temen-temen di kelas heboh, ngeluarin laptop masing-masing yang segede alaihim gambreng. Gue? iya gue nyantai aja ngetik laporan buat tugas lab-IT waktu itu. Ditemenin si Merah (panggilan kesayangan notebook gue). Sampe akhirnya gue dicengin sama temen satu kelompok gue, namanya Wahyu. orangnya gempal, rambutnya kayak wig gagal produksi. 

Wahyu : "Ngerjain apa lo Ndai?"
Gue     : "Laporan. kenape?"
Wahyu : *pasang muka sumpeh-lo nya dia*
Gue     : "Kenapa si?"
Wahyu : "Teknologi makin canggih. ALFALINK udah bisa buat ngetik tugas"

*hening*
*sumpah gue gak enak banget kalo si Merah denger ini semua*
^%^#^I*!@#@%*&(*(^(^$%$!*^&BTCH(*)(__(&%#$#@$%!&*!*(**^\

          Gue maklumin, si Merah emang terlalu kecil buat bersaing di dunia IT. bentuknya mini, kasarnya dia bentuk bogel dari sebuah laptop. Gue yakin kalo dia bisa ngomong dia bakalan berontak. Paling enggak dia bakalan lari macem difilm telenovela sambil ngusap air mata dengan pose *slowmotion* terus duduk dipojokan kamar.  Terus dia nangis sampe ingusnya keluar, beberapa kesempatan jilatin ingusnya itu sambil ngejulurin lidahnya kearah idung. Terus dia tersedu-sedu, masang muka ratapan anak tiri.

"dunia terlalu gak adil.. aku tau, aku bogel. Aku gak babon seperti laptop lainnya. Tapi tolong Tuhan. Aku.. aku bukan notebook haram. Aku halal dilahirkan. Aku pandai bergaul, dan mampu meringankan beban mas Yundai. aku.. aku.. ooh Tuhan, dunia tampak tidak adil hanya karena aku bogel."

Gue cuma bisa ngelus notebook gue itu dengan rasa miris. Mungkin dia harus sadar, sebagai laptop bogel dia harus mampu bangkit, dan harus mampu bersaing dengan laptop lainnya. Hidup itu keras. Enggak! Enggak sekeras waktu lo boker pas panas dalem. Gue akan terus memberikan dia motovasi selayaknya Mario Teguh. kalo dia down, siapa yang bantu gue ngerjain tugas-tugas gue? gue sendiri? temen-temen gue? nyokap gue? *ngomong gaya Cinta di AADC*. Si Merah harus sadar, ukurannya yang bogel bukan jadi alasan untuk dia berenti berproduksi. terus kalo dia mogok kerja, bakalan nyusahin gue jadinya. contohnya kayak gini?

Gue    : "Tolong bantu gue, sebagai notebook lo bantu gue  
               ngerjain tugas"
Merah : "Gak mau ah bang. Gue cuma laptop bogel yang ga 
               berdaya, apa  
               hebatnya gue?"

          Selebihnya dia ngulangin adegan lari-larian macem di telenovela tadi. Tapi itu semua hayalan gue tentang si Merah (notebook gue). Hayalan tentang bagaimana jika mereka bisa bicara selayaknya manusia. Memiliki perasaan, apa dia akan benar-benar sakit hati dengan sebuah hinaan? Sebuah perangkat, yang kita tau sebagai Elektronik. Kalo mereka manusia, mereka kayak orang yang kuat, kokoh seperti fisiknya. Mereka mampu membantu kita-sebagai-manusia untuk lebih mudah melakukan aktifitas yang produktifitasnya tinggi. Mereka mampu melakukan apa yang kita minta hanya dengan satu sentuhan. Sentuhan yang didalamnya sudah terprogram berbagai macam alasan, seperti jaringan-jaringan syaraf yang kemudian terhubung ke otak. Otak itu yang menggerakan mereka-benda-elektronik tersebut.
Terus, apa kita harus sekuat dan sehebat Elektronik?
hahahaha.. makin ngelantur ya. Padahal awal topik postingan ini, kenapa gue bisa vakum dari dunia blog. Ko malah ngelantur ke dramatisir kisah notebook kalo dia jadi manusia? *efek masih melek jam 2 pagi*
Intinya sih, sekarang gue mau coba buat fokus lagi ngurusin blog. Kemarin malem sampe begadang buat ngerombak tampilan blog ini. Dulu sempet yang terlalu rame buat diliat tampilannya. Sekarang coba dibuat simple, hitam putih, tapi isinya menarik. Mungkin kedepannya blog ini juga gak cuma berisi postingan cerita TOLOL yang gue alamin, tapi juga ada beberapa postingan tugas soft skill seputar dunia IT. Mudah-mudahan juga bisa ngebantu temen-temen yang kebetulan iseng buat buka dan baca blog ini. Ya semoga aja berguna.
Ada satu hal lagi yang buat gue tergerak buat ngurusin blog ini lagi. Belom lama ini, gue iseng buka account twitter beberapa penulis buku. Mereka cukup punya banyak followers, gue enggak. Bukan maksud gue mau banyakin followers, enggak. Cuma gue tergugah ngeliat perjuangan mereka dari nol. Awal gimana mereka suka nulis, sampe akhirnya tulisan mereka yang sekedar hobi itu mampu diterbitin sama penerbit. Meskipun beberapa diantara mereka ada yang harus kecewa nerima royalti 2,5 juta aja buat seorang penulis karena bukunya gak laku. Ada juga yang harus ngirim ke penerbit berkali-kali sampe harus dikacangin berbulan-bulan. Tapi sekarang? buku mereka laku, laris. Nama mereka juga dikenal. Gue bukan gila untuk dikenal. Tapi bagaimana karya gue bisa dinikmatin sama banyak orang. Dimana mereka bisa merasakan sesuatu yang gue tulis, dan mereka bisa mengaplikasikan itu semua kedalam hidup mereka. Gak mungkin lah sebuah buku gak ada pesan moralnya. Dan gak mungkin juga sebuah buku gak tertanam hal-hal positif dari beratus-ratus lembar yang ada didalamnya. Paling nggak, terselip beberapa kalimat motivasi didalamnya. Jadi, karena itu gue tergugah buat ngelanjutin ngurusin blog ini. Siapa yang tau, dan kita juga gak pernah tau gimana kedepannya. Mungkin aja nanti dari temen-temen yang lain, pas mereka buka blog ini dan suka sama beberapa postingan, nyuruh gue buat di print out terus dikirim ke penerbit. Terus diterima, terus gue punya title "penulis" terus dapet royalti terus punya penghasilan sendiri terus... *JLEB*
          Jadi gak ada salahnya semua hal dari mulai sekarang ini, yang mungkin buat diri kita termotovasi, kenapa enggak mulai diterapkan dari sekarang? Siapa tau juga mulai dari blog ini, dan tulisan-tulisan yang ada di dalamnya nanti mengubah semua yang ada sekarang, jadi lebih baik lagi. Walaupun gak tau seperti apa dan kapan, bagaimana nantinya cara itu akan muncul. Vakum dan berhenti ngurusin blog ini, ternyata ngebuat gue kembali ngurusin blog ini karena dorongan motivasi. Semoga mulai saat ini, mulai malam ini, pagi ini. Atas semua postingan yang mungkin akan diciptakan nantinya, bisa disukai dan diliat sama temen-temen semua. Bukan karena gue pengen dikenal, tapi gue pengen karya gue dikengan dan diliat. Gak cuma dari ceritanya yang pahit sampe yang serius. Tapi juga unsur komedi didalamnya bisa membuat semua orang yang baca blog ini jadi lebih ringan dalam menjalani masalah yang mereka sedang hadapi. Semoga dengan vakumnya gue kemarin juga, bisa mengumpulkan beberapa ide fresh untuk membuat blog ini kembali hidup dan memiliki nyawa baru bagi pembacanya. Mulai melakukan sesuatu yang lebih baik, dimulai dari setiap kata-kata yang ada, hingga kalimat demi kalimat yang terselip pada setiap bagian cerita yang akan tercipta.
Dan mungkin, blog ini akan terus hidup. Melahirkan cerita-cerita baru, yang belum semesta berikan dikedepannya nanti. Hingga blog ini bisa dikenang, dan diliat sebagai inspirasi & mampu meringankan beban mereka pada saat mereka sedang membaca halaman demi halaman dalam blog ini.

Karena, ketika semua hal itu tertidur dan mati.. kita perlu bangun dan bangkit kembali untuk mengejar semua hal yang ada di dunia nyata.